Kamis, 24 Februari 2011

SEJARAH KOTA AMBON ( BETA BANGGA JADI ORANG AMBON )

Sejarah Ambon

Pada tahun 1575, saat dibangunnya Benteng Portugis di Pantai Honipopu, yang disebut Benteng Kota Laha atau Ferangi, kelompok-kelompok masyarakat kemudian mendiami sekitar benteng. Kelompok-kelompok masyarakat tersebut kemudian dikenal dengan nama soa Ema, Soa Kilang, Soa Silale, Hative, Urimessing dan sebagainya. Kelompok-kelompok masyarakat inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya Kota Ambon. Dalam perkembangannya, kelompok-kelompok masyarakat tersebut telah berkembang menjadi masyarakat Ginekologis territorial yang teratur. Karena itu, tahun 1575 dikenal sebagai tahun lahirnya Kota Ambon. Pada tanggal 7 September 1921, masyarakat Kota Ambon diberi hak yang sama dengan Pemerintah Colonial, sebagai manifestasi hasil perjuangan Rakyat Indonesia asal Maluku. Momentum ini merupakan salah satu momentum kekalahan politis dari Bangsa Penjajah dan merupakan awal mulanya warga Kota Ambon memainkan peranannya di dalam Pemerintahan seirama dengan politik penjajah pada masa itu, serta menjadi modal bagi Rakyat Kota Ambon dalam menentukan masa depannya. Karena itu, tanggal 7 September ditetapkan sebagai tanggal kelahiran Kota Ambon.

Sejarah Penentuan Lahirnya Kota Ambon

Hari lahir atau hari jadi kota Ambon telah diputuskan jatuh pada tanggal 7 September 1575 dalam suatu seminar di Kota Ambon. Bagaimana penentuan hari jadi kota kita yang telah berumur ratusan tahun itu, sejarahnya dapat dijelaskan sebagai berikut : Bahwa yang mengambil inisiatif atau gagasan untuk mencari dan menentukan hari jadi atau hari lahir Kota Ambon adalah Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Ambon Almarhum Letnan Kolonel Laut Matheos H. Manuputty (Walikota yang ke- 9).

Untuk itu dikeluarkannya Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah tingkat II Ambon tertanggal 10 Juli 1972 nomor 25/KPTS/1972 yang diubah pada tanggal 16 Agustus 1972, yang isinya mengenai pembentukan Panitia Khusus Sejarah Kota Ambon dengan tugas untuk menggali dan menentukan hari lahir kota Ambon. Kemudian dengan suratnya tertanggal 24 Oktober 1972 nomor PK. I/4168 selaku Panitia Khusus Sejarah Kota Ambon menyerahkan tugasnya itu kepada Fakultas Keguruan Universitas Pattimura untuk menyelenggarakan suatu seminar ilmiah dalam rangka penentuan hari lahir Kota Ambon.

Selanjutnya pada tanggal 26 Oktober 1972 Pimpinan Fakultas Keguruan mengadakan rapat dengan pimpinan Jurusan Sejarah dan hasilnya adalah diterbitkannya Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan Universitas pattimura tertanggal 1 Nopember 1972 nomor 4/1972 tentang pembentukan Panitia Seminar Sejarah Kota Ambon. Seminar sejarah ini berlangsung dari tanggal 14 sampai dengan 17 Nopember 1972, dihadiri oleh kurang lebih dua ratus orang yang terdiri dari unsur-unsur akademis, Tokoh Masyarakat dan Tokoh adat serta aparat Pemerintah Kodya Ambon maupun Provinsi Maluku.

Susunan Panitia seminar dicatat sebagai berikut ;

Ketua

Drs. John Sitanala (Dekan Fakultas Keguruan)

Wakil Ketua

Drs. John A. Pattikayhatu (Ketua jurusan Sejarah)

Sekretaris

Drs. Z. J. Latupapua (Sekretaris Fakultas Keguruan)

Seksi Persidangan yang terdiri dari tiga kelompok

* Kelompok I diketuai Thos Siahay, BA.
* Kelompok II diketuai Yoop Lasamahu, BA
* Kelompok III diketuai Ismail Risahandua, BA

Panitia Pengarah/Teknis Ilmiah diketuai oleh Drs. J.A. Pattikayhatu,

1. Drs. Tommy Uneputty
2. Drs. Mus Huliselan
3. Drs. John Tamaela
4. Dra. J. Latuconsina
5. Sam Patty, BA
6. I. A. Diaz

Pemakalah terdiri dari 7 orang, 3 dari Pusat dan 4 dari daerah

1. Drs. Moh. Ali (Kepala Arsip Nasional)
2. Drs. Z. J. Manusama (Pakar Sejarah Maluku)
3. Drs. I. O. Nanulaita (IKIP Bandung)
4. Drs. J. A. Pattikayhatu (Fakultas Keguruan Universitas Pattimura)
5. Drs. T. J. A. Uneputty (Fakultas Keguruan Universitas Pattimura)
6. Drs. Y. Tamaela (Fakultas Keguruan Universitas Pattimura)
7. Dra. J. Latuconsina (Fakultas Keguruan Universitas Pattimura)

Seminar berlangsung dari tanggal 14 sampai 17 Nopember 1972 itu akhirnya menetapkan hari lahir kota Ambon pada tanggal 7 September 1575. Bahwa tahun 1575 diambil sebagai patokan pendirian kota Ambon ialah berdasarkan fakta-fakta sejarah yang dianalisa dimana sekitar tahun tersebut sudah dimulai pembangunan benteng “Kota Laha” didataran Honipopu dengan mengerahkan penduduk di sekitarnya oleh penguasa Portugis seperti penduduk negeri / desa Kilang, Ema, Soya, Hutumuri, Halong, Hative, Seilale, Urimessing, Batu Merah dll. Benteng Portugis yang dibangun diberi nama “Nossa Senhora de Anuneiada”. Dalam perkembangannya kelompok pekerja benteng mendirikan perkampungan yang disebut “Soa” Kelompok masyarakat inilah yang menjadi dasar dari pembentukan kota Ambon kemudian (Citade Amboina) karena di dalam perkembangan selanjutnya masyarakat tersebut sudah menjadi masyarakat geneologis teritorial yang teratur.

Pemukiman dan aktifitas masyarakat disekitar Benteng makin meluas dengan kedatangan migrasi dari utara terutama dari Ternate, baik orang-orang Portugis maupun para pedagang Nusantara sebagai akibat dari pengungsian orang-orang portugis dari kerajaan Ternate yang dipimpin oleh Sultan Baabullah. Peristiwa kekalahan Portugis tersebut membawa suatu konsekuensi logis dimana masyarakat di sekitar Benteng Kota Laha itu makin bertambah banyak dengan tempat tinggal yang sudah relatif luas sehingga persyaratan untuk berkembang menuju kepada sebuat kota lebih dipenuhi.

Selanjutnya tentang penetapan tanggal 07 September didasarkan pada peninjauan fakta sejarah bahwa pada tanggal 07 September 1921 , masyarakat kota Ambon diberikan hak yang sama dengan Pemerintah Kolonial Belanda sebagai hasil manifestasi perjuangan Rakyat Indonesia asal Maluku di bahwa pimpinan Alexander Yacob Patty untuk menentukan jalannya Pemerintahan Kota melalui wakil-wakil dalam Gemeeteraad (Dewan Kota) berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal tanggal 07 September 1921 nomor 07 (Staatblad 92 Nomor 524). Ditinjau dari segi politik nasional, momentum ini merupakan saat penentuan dari Pemerintahan Kolonial Belanda atas segala perjuangan rakyat Indonesia di Kota Ambon yang sekaligus merupakan suatu momentum kekalahan politis dari bangsa penjajah. Ditinjau dari segi yuridis formal, tanggal 07 September merupakan hari mulainya kota memainkan peranannya di dalam pemerintahan seirama dengan politik penjajah dewasa itu. Momentum inilah yang menjadi wadah bagi rakyat Kota Ambon di dalam menentukan masa depan. Dilain pihak, kota Ambon sebagai daerah Otonom dewasa ini tidak dapat dilepaspisahkan daripada langka momentum sejarah.

Setelah Seminar Sejarah Kota Ambon yang berlansung tanggal 14 sampai 17 Nopember 1972 berhasil menetapkan tanggal 7 September 1575 sebagai Hari lahir Kota Ambon, maka untuk pertama kalinya pada tanggal 7 September 1973 Hari lahir Kota Ambon diperingati. Dan itu berarti sampai dengan saat ini (2003) Kota Ambon telah mencapai usia 427 tahun.




Kota yang berjuluk Manis e ini, meski masuk kategori kota sedang di Indonesia, namun terkenal karena keindahan alamnya yang dikelilingi perbukitan, laut dan teluk yang indah. Sayang keindahan itu hancur lebur baik fisik maupun non fisik, ketika dilanda konflik sosial pada 19 Januari 1999 sampai sekitar awal 2004.
Kota Ambon bukan hanya dikenal sebagai ibukota Provinsi Maluku (termasuk Maluku Utara ketika belum dimekarkan), namun jauh sebelumnya ratusan tahun lalu, kota ini sudah menjadi markas atau ibukota dari penjajah Portugis, Belanda dan Spanyol. Menjadi pusat pemerintahan Gubernur Jenderal Belanda selain Batavia yang kini dikenal dengan nama Jakarta, ibukota Republik Indonesia. Bahkan para saudagar dari negeri Cina, Arab dan India, pun sudah berdatangan sejak saat itu.
Bila diulas, sejarah Kota Ambon terlalu panjang lebar. Tentunya dengan episode tersendirinya. Yang pasti, Ambon sebelum dimekarkan wilayahnya pada tahun 1979, luasnya hanya sekitar 4 kilometer persegi. Atau kurang lebih dari Batugantung sampai jembatan Batumerah saja. Waktu itu penduduknya sekitar 100.000 lebih jiwa. Akibatnya Kota Ambon saat itu dikenal sebagai salah satu kota terpadat di dunia!
Setelah dimekarkan, luas wilayah Kota Ambon adalah 377 kilometer dari Latuhalat, Waitatiri, Laha, termasuk kampung-kampung di pegunungan. Penduduknya sebelum konflik 1999 berjumlah kurang lebih 350.000 jiwa, kini diperkirakan sekitar 250.000 sampai 300.000 jiwa.
Terbentuk
Berdasarkan fakta sejarah dan hasil kajian yang dilakukan para ahli dan Universitas Pattimura, cikal bakal lahirnya Kota Ambon dimulai dari Benteng Nieuw Victoria, yang terletak di depan Lapangan Merdeka, bekas Markas Yonif Linud 733/Masariku kini markas Detasemen Kavaleri.
Hal itu, ditandai dengan dibangunnya Benteng Portugis di Pantai Honipopu (sekarang kawasan Belakang Kota) pada tahun 1775, yang kemudian disebut Benteng Kota Laha atau Ferangi, yang diikuti kehadiran kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami sekitar benteng lantaran dijadikan sebagai pekerja benterng tersebut.
Selanjutnya, setelah Belanda berhasil menguasai Kepulauan Maluku dan Ambon khususnya dari kekuasaan Portugis, benteng tersebut lantas menjadi pusat pemerintahan beberapa Gubernur Jenderal Belanda sekaligus mengontrol jalur perdagangan melalui badan perdagangannya VOC, dan benteng itu diubah namanya menjadi Nieuw Victoria yang dikenal sampai saat ini.
Kelompok-kelompok masyarakat ini kemudian dikenal dengan nama Soa Ema, Soa Kilang, Soa Silale, Hative, Urimessing dan Mardika disusul Kampung Cina (kawasan A.Y. Patty) dan lain-lain, di mana kelompok masyarakat inilah yang menjadi cikal bakal pembentukan Kota Ambon tahun 1775.
Tanggal 7 September 1921 masyarakat Kota Ambon diberi hak yang sama dengan pemerintah kolonial sebagai manifestasi hasil perjuangan rakyat Indonesia asal Maluku dibawah pimpinan Alexander Yacob Patty, untuk menentukan jalannya pemerintahan kota melalui wakil-wakil dalam Gemeenstraad (dewan kota) berdasarkan keputusan Gubernur General No.7 (Staadblad 1921 nomor.524) tertanggal 7 September 1921.ditetapkan sebagai tanggal kelahiran Kota Ambon. (dari berbagai sumber)

1 komentar: